Sabtu, 05 September 2015

Anak Pintar, suka balikin omongan orang tua.

Anak masih kecil tapi pinter “ngajawabin” orang tua, alias pinter ngomong. 


seringkali kita mendengar ucapan selamat dari  kerabat, teman atau bahkan saudara disekitar kita . "Selamat Bu telah mempunyai anak yang cerdas. Kalau anak Ibu tidak cerdas, tidak mungkin dia bisa “ngejawabin” perkataan orang tua seperti itu.  hehehe,,, bener juga sih.terkadang ucapan itu sering kita salah artikan, kita merasa tersindir sebagai orang tua, karena setiap  kita ngomong atau nasehatin, mereka bales ngejawabin kita, alias bebrbalik menasehati kita. dan pada akhirnya kita sebagai orang tua merasa khawatir.


Walaupun demikian, wajar jika orang tua merasa kuatir jika anak-nya terus-menerus ngejawabin perkataan orang tuanya. Terutama jika dalam hal-hal tertentu dimana anak seharusnya melakukan sesuatu lebih cepat, tapi jadi semakin lama atau malah tidak dilakukan oleh anak karena anak menghabiskan waktu dengan terus-menerus menjawab perkataan orang tua. Dan biasanya yang semakin membuat orang tua bingung adalah ketika orang tua tidak tahu harus berkata apa lagi untuk membantu anaknya untuk melakukan hal yang baik.Sebenarnya ketika anak pinter “ngejawabin” apa yang disampaikan oleh tua, secara umum itu adalah hal yang positif, karena anak berani mengungkapkan perasaannya kepada orang tua secara jujur. Karena banyak yang menjadi masalah orang tua adalah ketika anaknya terlalu penurut, tapi kemudian di temukan bahwa selama ini anak penurut bukan karena rela atau ikhlas untuk nurut, tapi karena merasa terpaksa atau takut dimarahi. Dimana semua perasaan terpaksa dan takut dimarahi ini akan membuat semakin terpendam di dalam hati anak, yang bisa “meledak” di kemudian hari dalam bentuk perilaku negatif yang berlebihan ataupun penyakit psikosomatis.Akan tetapi, jika “ngejawabin”-nya berlebihan, dalam arti selalu dilakukan oleh anak setiap kali orang tua berbicara dengan anak, itu adalah tanda bahwa ada sesuatu di dalam hati anak yang harus diselesaikan. Jika tidak diselesaikan, bisa juga “meledak” di kemudian hari. Bukan hanya sekedar “ngejawabin”, tapi bisa sama sekali tidak mau nurut.


Secara umum, ada 4 penyebab mengapa anak “ngejawabin” perkataan orang tua yaitu, pertama, orang tua suka mengancam tapi ancaman sering tidak dilaksanakan (misalnya “kalau kamu nggak mau makan, besok Mama nggak suapin lagi” tapi besoknya tetap disuapin), orang tua suka menyuruh anak untuk menurut dalam melakukan sesuati tanpa menjelaskan kepada anak kenapa di suruh (misalnya “pokoknya harus nurut”), sering memarahi anak tanpa anak mengerti sebabnya atau anak sering menemukan orang tua berkata yang tidak sebenarnya (berbohong) kepada anak atau ke orang lain. 

Banyak orang tua, ketika dalam keadaan terdesak & meminta anaknya melakukan sesuatu dan anaknya tidak mau nurut, kemudian mengancam akan menghukum anaknya. Ancaman ini bisa berupa ancaman hukuman fisik ataupun ancaman secara mental. Misalnya bisa ancaman akan dicubit ataupun ancaman tidak akan disuapin lagi. Saat memberikan ancaman, yang ada di benak adalah supaya anak takut dengan ancaman, sehingga mau menurut melakukan apa yang diminta oleh orang tua.Tapi sayangnya tanpa disadari, banyak orang tua yang ketika memberikan ancaman, sebenarnya tidak akan tega untuk melaksanakan ancamannya jika anaknya tidak nurut. Misalnya orang tua mengancam jika anak tidak mau makan ketika disuapin, mulai besok Mama tidak akan menyuapin lagi. Tapi kemudian, keesokan harinya, ketika anaknya kelaparan (terlihat dari wajahnya), Mama tidak tega, akhirnya menyuapin anaknya daripada anaknya tidak makan. Akhirnya anak merasa ada sesuatu yang tidak konsisten dengan diri Mama. Sehingga ketika Mama mengucapkan sesuatu kepada anak, anak kemudian cenderung menganggap bahwa orang tua-nya tidak sungguh-sungguh dalam ucapannya, sehingga merasa tidak perlu memperhatikan perkataan orang tuanya, akhirnya kebiasaan “ngejawabin” ucapan orang tua mulai terbentuk.


Penyebab umum kedua mengapa anak suka “ngejawabin” secara berlebihan ucapan orang tua adalah karena orang tua suka menyuruh anak untuk menurut dalam melakukan sesuatu tanpa menjelaskan kepada anak kenapa di suruh. Ketika anak bertanya, “Kenapa aku harus belajar sekarang? Kan bisa nanti.” Orang tua menjawab, “Pokoknya harus sekarang, soalnya Mama bilang sekarang.” Kenapa aku harus tidur cepat? Kan belum ngantuk?” Orang tua menjawab, ”Mama bilang tidur sekarang, ya kamu tidur sekarang.” hmm... anak pinterrr


Akhirnya anak belajar cara menanggapi pertanyaan seperti itu. Ketika orang tua bertanya, ”Kenapa kamu nggak mau belajar?” Anak menjawab, “Nggak mau aja.” Orang tua bertanya, “Kenapa kamu nggak mau tidur sekarang?” Anak menjawab, “Kan Mama juga belum tidur?” Orang tua bertanya, “Kamu kan besok harus bangun pagi untuk sekolah?” Anak menjawab, ”Mama besok kan juga harus kerja?” 

Semua kemungkinan ini bisa terjadi ketika anak sering disuruh untuk melakukan sesuatu tanpa diberikan penjelasan mengapa dia harus melakukan hal tersebut.


Penyebab umum ketiga mengapa anak suka “ngejawabin” secara berlebihan ucapan orang tua adalah karena orang tua sering memarahi anak tanpa anak mengerti sebabnya. Rasanya tidak enak di dalam hati ketika dimarahi oleh orang tua. Kemarahan dari orang tua, di tambah dengan kebingungan anak akan alasan kenapa dia dimarahi, perasaan sedih atau marah di dalam hati anak semakin terpendam. Lama-lama membuat anak merasa bahwa dirinya tidak diperhatikan, karena sering dimarahi, tanpa dia mengetahui sebabnya. Karena sering merasa tidak diperhatikan, akhirnya anak memiliki kesulitan untuk memperhatikan orang lain juga, termasuk kesulitan untuk mematuhi keinginan orang tua. Sehingga jadi sering “ngejawabin”.

sebagai contoh ketika orang tua memarahi anak tanpa anak mengerti sebabnya. Misalnya anak sedang ada masalah pergaulan dengan temannya di sekolah. Mungkin habis berselisih, rebutan mainan, saling mengejek, dan lain sebagainya. Kemudian anak merasa terluka hati-nya. Dalam kondisi tersebut, pulang ke rumah, ada kemungkinan pikiran anak masih di sekolah, walaupun secara fisik badannya sudah di rumah. Kemudian, misalnya, ketika makan malam agak lama, lalu di marahi, anak akan merasa bingung. Karena ketika sedang makan, sebenarnya sedang melamun tentang hal yang tadi terjadi di sekolah. Sehingga tidak sadar kalau makannya jadi lama. Sehingga tidak mengerti kenapa dirinya dimarahi. Akhirnya selain terluka hatinya karena kejadian di sekolah, luka hati bertambah dengan kemarahan yang di terima dari orang tua.


Penyebab keempat yaitu karena anak sering menemukan orang tua berkata yang tidak sebenarnya (berbohong) kepada anak atau ke orang lain. Dari bohong kecil sampai dengan bohong besar. Sehingga kadang-kadang anak jadi bingung apakah orang tua berkata yang sebenarnya atau tidak. Dengan kebingungan ini, ada kalanya anak merasa bahwa orang tua sedang berbohong, padahal tidak. Dan ketika anak merasa orang tua berbohong, anak merasa tidak perlu untuk langsung menurut apa yang disampaikan, sehingga mulai membalas ucapan orang tua atau “ngejawabin.”


Melihat dari jawaban di atas, semoga terlihat, terdengar & terasa lebih jelas, bahwa sesederhana masalah apapun yang di alami oleh seorang anak, penyebabnya belum tentu sederhana. Dengan semua keluhan yang ada, yang bisa di syukuri dari perilaku anak yang “ngejawabin” adalah, bahwa dirinya masih bersedia untuk mengungkapkan perasaannya, suka atau tidak suka dengan ucapan orang tua. Sehingga masalah bisa di atasi sejak dini. Karena ketika anak sudah tidak mau “ngejawabin”, tapi hanya diam saja, tapi sebenarnya tidak rela ketika diminta melakukan sesuatu oleh orang tua, akan ada perasaan negatif terpendam yang lebih dalam, karena tidak sempat muncul ke permukaan.


Bagaimana solusinya untuk mengatasi masalah ini? Bisa dimulai dengan menanyakan perasaan anak saat dia “ngejawabin” pertanyaan orang tua, “Apa yang kamu rasakan kalau Mama ngomong seperti ini? Kamu ingin apa? Kamu sebel sama Mama? Sama Papa? Sama temen?” Ketika nanti anak bisa lebih sering curhat sama Ibu, keinginannya untuk menurut dengan Ibu akan semakin meningkat.Semoga Membantu.

klik  like dan share jika bermanfaat

1 komentar: