Rabu, 09 September 2015

Kesan pertamakali menggunakan fasilitas BPJS



Sebelum saya ikut mendaftar kan diri sebagai anggota BPJS, pertama-tama saya berfikir, jika  ikut BPJS pada saat saya, suami serta anak saya sakit, akan bisa cepat ditangani oleh pihak RS setempat. fasilitas rawat inap dan berobat gratis, di RS mana pun bisa cepat dilayani. dikarenakan  sistemnya yang katanya ONLINE, jadi bs dipergunakan dimana dan kapapun apabila saya dan keluarga saya sakit. Tapi kalo dipikir pikir, siapa sih yang mau sakit. Naudzubillah himindzalik, smg kami sekeluarga selalu diberikan kesehatan. Amin ya robbalalamin.
Tapi didalam hati saya berfikir, ikut BPJS itu kan harus bayar, perbulannya untuk kelas I  wajib mengangsur Rp 59.500 per kepala per bulan. Berikutnya, untuk layanan kelas II, iuran Rp 42.500 per bulan, dan kelas III Rp 25.500 per bulan. Pembayaran iuran BPJS dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan, dan apabila ada keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan.
dengan pertimbangan mengingat suamiku yang sering sakit-sakitan, pabila penyakit sesaknya kumat, akhirnya saya sekeluarga mendaftarkan diri. dengan mengambil kelas I yang wajib angsurannya sebesar Rp. 59.500 perbulannya.

 
Dan salah satu prosedur untuk mendapat layanan kesehatan sebagai peserta BPJS adalah memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama (Faskes I). Ada beberapa pilihan yang bisa dipilih. Yakni puskesmas, klinik, atau dokter praktik perorangan yang bekerja sama dengan BPJS. Untuk pilihan yang pertama dan kedua, biasanya dokter umum dan dokter gigi langsung menjadi satu. Sedang untuk pilihan ketiga, keduanya biasanya terpisah.
Untuk tiga opsi ini, akhirnya pilihan saya jatuh pada dokter praktik alias klinik , dengan  pertimbangan jarak. Kebetulan, ada sebuah klinik atau dokter yang buka praktek  yang jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari rumah
Akhirnya kami sekeluarga resmi kut menjadi peserta BPJS. seminggu setelah  daftar, kok ya suami saya langsung sakit ya, waduwhhh kok bisa gini. tanpa pikir panjang, ya udahlah mungkin ni kartu pengen dicoba  untuk pertama kalinya.

sore harinya saya mengantarkan suami saya ke dokter praktik , dan sambutan pertama dokternya bertanya, "sakit apa, pake BPJS apa gak,?" waduwhhh... trnyata dokternya peka juga ya,,belum aja jawab pertanyaan yang petama langsung ditanya pake BPJS apa gak..
suami saya langsung jawab "pake dokter, ni kartu BPJS nya."
kemudian dokternya mengambil dan melihat-lihat kartu BPJS tadi.
"ini baru daftar ya ? " tanya dokternya.
"iya dok, baru seminggu, memangnya kenapa dok, apa belum bisa digunakan ya kartu BPJSnya, ? kalo memang belum bisa digunakan, trus sakitnya apa bisa dipending juga dok, " kata suami saya sambil senyum senyum.
" gak begitu kok pak, ini sudah bisa digunakan, masak sakit bisa dipending, bapak ini ada-ada saja."
hmm dalam hati saya ikut senyum-senyum, ni suamiku kok sempet-sempetnya bercanada, padahal lagi sakit.
kemudian dokternya bertanya lagi, " apa yang dirasakan pak, apanya yang sakit, ?"
"batuk dok, semalem saya tidak tidur karena batuk yang mengganggu ini, " jawab suami saya.
tanba basa-basi, si dokter langsung mencatet di buku resep, dan langsung mengambilkan obat di kotak apotiknya. kemudian dokternya menyerahkan obatnya.
kembali saya berkata dalam hati, lah masak cuma begini, masak gak ada periksa-perikasa lainnya.
tiba-tiba suami saya nyeletuk, " ini sudah ya dok, apa sebaiknya saya tidak diperiksa-periksa dulu, misalnya tensi darah saya atau gimana ?' tanya suami saya.
dokternya jawab, " gak perlu pak, karena bapak cuma batuk-batuk aja, jadinya sebaiknya obatnya diminum sesuai aturan, dan kalo samapai 2 ato 3 hari masih batuknya, sebaiknya bapak balik kesini aja lagi, terimakasih, "
yah kilat banget.. dan tanpa basa basi pula, saya langsung menarik tangan suami saya, dan langsung mengajaknya pulang.
diperjalanan pulang, saya tertawa, owh memang begini ya orang yang pake BPJS,
suami saya langsung menjawab, " namanya aja GRATIS....""Apanya yang GRATIS, la wong kita bayar kok, " ucapku masih sambil tersenyum.
sesampainya dirumah saya langsung menyediakan santap malam dan segelas air putih untuk suami saya. " makan dulu pak, setelah itu diminum obatnya.."
kemudian saya melihat isi bungkusan obatnya, ternyata obatny amoxilin, dan obat batuk biasa,
oalah... ini mah obat biasa. kembali saya tersenyum, sambil berlalu dari hadapanya.

Beberapa hari berikutnya ternyata,  batuk suami saya semakin menjadi-jadi. kembali  saya ajak balik ke dokter ato klinik yang kemaren pernah saya datangi tadi. tapi suami saya tidak mau.
" mending ke puskesmas aja bu, males disana lagi." jawab suamiku.

akhirnya suami saya bergegas menuju puskesmas terdekat, tanpa saya temani.
bebrapa menit kemudian, dia sudah balik.
" lo kok cepet sekali baliknya, gak jadi berobat ya,?" tanyaku
"apanya yang gak jadi, la wong sampe dipuskesmas, saya disuruh balik besok pagi, dengan membawa rujukan dari dokter kemarin, " jawab suamiku sambil menahan kemaarahannya.
" lo kok bisa, bukanya BPJS itu bisa melayani kita dimanapun dan kapanpun ? " ucapku
" apanya yang bisa, buktinya ini ..kita sudah bayar tp sistimnya malah seperti ini,,," jawab suamiku
" la trusss...? aku balik bertanya...
"la trus,,, ke dokter praktik aja deh, dr. seperti biasa tempat kita berobat, biarpun sdkit mahel, tp cpet sembuh, " kata suamiku.
astaga.. ini kita mau menghindari dokter praktik yang bayarnya mahel, eh malah balik lagi kesana.
ya udah...tanpa banyak protess, aku manut aja..
keluar duit lagi deh,, pling nggak Rp.150.000 an lah, hadewhhhhh...



 Jadi, setelah merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi pasien BPJS, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan di sini. Di antaranya, layanan yang kita dapat mungkin tak seperti yang kita bayangkan dan harapkan; Ada kesan (semoga saya keliru), mereka (agak) meremehkan pasien yang datang dengan kartu BPJS, berapapun kelas layanan rawat inap mereka. BPJS sepertinya (masih) identik dengan askes murah karena memang preminya terbilang murah jika dibandingkan dengan askes swasta namun (sangat) besar bagi masyarakat kecil yang terpaksa menjadi peserta.

Sebagai penutup, kita semua tentu berharap, BPJS bisa memberi layanan kesehatan yang lebih baik lagi; syukur jika setiap warga negara berhak mendapatkannya tanpa perlu membayar premi lagi. Cukup dari pajak yang sudah kita bayarkan. Ini (seharusnya) bukan mimpi kan? :) :) :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar