Jumat, 25 Desember 2015

MENGKRITIK DAN DIKRITIK

Terkadang orang sering salah mengartikan ucapan kita, mengkiritik dan dikritik sungguh sangat susah buat diri kita sndr dan diri orang lain.
biasanya orang yang kita kritik dalam hal sikap mereka yang menurut kita tidak baik, dalam sikap bertutur kata, bertingkah laku, serta dalam hal pekerjaan kesehari-harian mereka.
salah satu contoh dalam hal bertutur kata,


Kasar dalam bertutur kata

Kasar dalam tutur kata merupakan salah satu karakter yang buruk yang akan membuat seseorang dibenci dan tidak dihargai oleh masyarakatnya, dan bahkan akan menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Fenomena ini sungguh begitu banyak kita jumpai di kalangan manusia, diantara mereka ada yang keras perangainya, kasar tutur katanya, ia sama sekali tidak bisa bersikap lemah lembut dalam berkata, ketika ia bertutur, kata-katanya cenderung menyakiti orang lain, bahkan merasa kurang nyaman jika tidak berkata dengan ungkapan-ungkapan yang kasar lagi meracuni perasaandirinya sendiri. bukankah  dalam Al-Quran disebutkn :

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.”(QS. Ali-Imran[3]: 159)
SubhanaAlloh, semoga kita sebagai umatnya selalu dihindari dari sikap demikian.

Mudah marah / cepat emosi

Marah merupakan salah satu karakter yang buruk dan tercela baik dalam tinjauan syar’i maupun dari sisi akal sehat. Dan sifat ini akan menjadi penyebab timbulnya beragam permasalahan yang membuahkan hasil yang tidak menyenangkan. Betapa banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh sifat ini, mulai dari  pembunuhan, perceraian, pertikaian dan bentuk keburukan lainya yang merupakan buah dari sifat tercela ini.

Allah  memuji sifat sebaliknya dalam al-Quran, yaitu sifat menahan amarah yang merupakan salah satu sifat orang bertakwa. Allah  berfirman:
 
﴿وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ﴾
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS. Ali-Imran[3]: 134)

Rosulullah  bersabda:

((لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ))
“Bukanlah seseorang dikatakan kuat karena pandai bergulat, akan tetapi seorang (dikatakan) kuat apabila ia mampu menguasai dirinya di saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesempurnaan kekuatan seorang hamba tercermin pada kemampuan dia dalam mengendalikan pengaruh dari amarahnya yang bergejolak. Bukan berarti kita tidak boleh marah sama sekali, karena orang yang tidak punya rasa marah bisa diragukan kenormalannya, akan tetapi potensi marah yang dimiliki harus bisa diarahkan dan dimanej secara optimal agar sesuai dengan tuntunan Islam.

Berprasangka Buruk

Berprasangka buruk termasuk akhlak yang tercela, yang mana ia akan menimbulkan kedengkian, merusak kecintaan serta mendatangkan kesusahan dan kesedihan.

Oleh karena itu, Allah  memperingatkan kita dari sikap berburuk sangka sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.”(QS. al-Hujarat[49]: 12)

Dan Rosulullah  juga telah memberi warning kepada umatnya tentang buruknya sifat ini dengan bersabda:
((إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ))
“Hati-hatilah kalian dari berprasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak jarang kita dapati sebagian dari manusia dirinya selalu diliputi buruk sangka, dia mengira bahwa setiap hardikan untuknya, setiap yang dibenci ditujukan kepadanya dan sebagainya. Diantara fenomena buruk sangka yang sering terjadi di tengah masyarakat misalnya, apabila diantara kerabat atau temannya ada yang mengadakan walimah atau jamuan lainnya sedang pelaksana hajatan lupa mengundangnya, maka diapun berburuk sangka dengan kerabatnya, jika ada yang menasehatinya dia mengira bahwa sipemberi nasehat ada maksud tertentu darinya, mencari-cari kesalahannya akhirnya diapun menolak nasehat itu dan masih banyak lagi contoh-contohnya.

 —— Diambil dari Buku Kecil Islami —-
 sumber :https://assiroj.wordpress.com/2011/.../menelisik-seluk-beluk-akhlak-buru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar