Senin, 16 Januari 2017

KETIKA SUAMIKU PERGI MENINGGALKANKU..

  Ada banyak penyesalan setelah kepergian suamiku tercinta..

rasanya tak dapat kubendung lagi..air mata ini tumpah ruah mengalir..

mataku sembab, oleh air mata.

20 hari berlalu..( suamiku meninggal hari kamis tanggal 22 Desember 2016 , pukul 3.45 wita saat adzan ashar berkumandang )

suamiku pergi untuk selama-lamanya meninggalkan aku dgn 2 orang putri putraku tersayang

tak ada pesan.. dan amanat..

tak ada pirasat apapun..

 

ia pergi meninggalkan kami saat dokter sudah merasa maksimal membantu proses kesembuhannya.

tak ada pilihan laen.. selain berserah diri serta pasrah akan apa yng terjadi pada saat itu.

sebelumnya sehari menjelang kepergiannya, ia dlam keadaan sehat, alat bantu medis untuk pernapasannya sudah dilepas, dan ia bisa bernafas dgn menggunakan alat bantu biasa ( oksigen ).

setelah hampir 2 minggu ia dirawat di ruang ICU RSU kota mataram, sehari kondisinya membaik, ia bisa duduk  tanpa hrs lemah terbaring dgn alat bantu medis diselurh tubuhnya.

Aku sangat beryukur,, semua keluarga pada bergembira.. terutama anak-anak kami..

tak terkira bentuk kegembiraan kami,,

namun beberapa jam kemudian, tiba2 ada perasaan  yg tidak enak menghampiriku,,

disaat melihat seluruh tubuhnya membengkak.. 

ada perasaan khawatir, 

aku mencoba untuk berpikiran positif..dan tetap berdoa.. agar kesembuhan untuk suamiku bener2 pulih..

namun Alloh berkehendak laen..

sehari setelah kesembuhannya di pelukanku ia menghembuskan nafasnya yang terakhir..

di atas tanganku yang kanan, untuk terakhir kalinya aku melihat tatapan penyesalannya.. 

tatapan yang sangat mengahrukan, kulihat air mata terakhirnya mengalir..

saat ucapanku untuk terakhir kalinya ia dengar. sambil mengucap

Kalimah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, kubisikkan ditelinganya berulang-ulang, 

ia menghembuskan nafas terakhirnya dgn tenang,,

"pergilah dengan tenang pak"

"insyaAllah aku sanggup merawat anak-anak seorang diri"

"insyaAllah aku kuat " ucapku sambil berurai air mata

 


 namun.. entah mengapa kali ini ,

 Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku beberapa bulan terakhir semenjak ia masuk rumah sakit hingga akhirnya ia meninggalkanku  dan anak2ku.. 

hanya amarah, perdebatan serta selisih paham yang aku hadirkan di rumah kami..

akibat kurang sabarnya aku, pada akhirnya aku menuntut terlalu banyak dari suamiku..


dihari-hari terakhir menjelang kepergiannya..

tanpa aku sadari aku telah menciptakan bumerang di hatinya..

tanpa aku sadari jg aku telah menciptakan ketidaknyamanan di hatinya..

tuntutanku serta ketidakpuasanku akan sikapnya membuat ia berpikir 

kalo seolah-olah aku memusuhinya.

padahal demi Tuhan.. tak ada terlintas sedikitpun untuk aku membencinya

perdebatan dan perselisihpahaman antara aku dan suamiku penyebabnya cukup sepele

sikapnya yang terlalu keras pada anak, membuat aku sering membantah serta menentangnya.

Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku,tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan kegiatanya sendiri.


 

Tapi ternyata aku salah

Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.

 

suamiku meninggalkan ku dikarenakan penyakit pnemonia.. penyakit yang mengakibatkan paru-parunya menyempit sehingga ia susah untk bernafas... 

dan yang pasti akibat terlalu banyak merokok.. 


beberapa hari menjelang ia masuk RS,, aku sadar atas kesalahan yang pernah aku lakukan..

aku membiarkanya merasakan sakit di dadanya.

aku mencoba untuk cuek,, dan gak mau tau akan kondisinya..

saat itu aku marah. aku kecewa dengan sikapnya..

disaat ia sudah merasa tidak enak badan, disaat batuk dan flu ia rasakan.. ia masih saja melakukan kegiatanya,, keluar malam dan pulang larut, sampai2 terkadang aku sering menangis..dan meratap

setiap malam ia biarkan aku berkutat didapur sendirian.. 

ia memilih pergi keluar rumah, ngobrol dgn teman-temanya. ketimbang membantu aku didapur menyiapkan makanan buat dagangan di kantin sekolah.



namun pada akhirnya sekarang aku mengerti.. knp ia sampai berbuat begitu..

ini semua akibat kesalahanku..

dr awal aku tidak mendengarkan nasehatnya agar tidak mengelola kantin sekolah..

karena ujung-ujungnya waktuku pasti akan tersita banyak di sana..

ujung-ujungnya aku pasti akan mengeluh..

dan ternyata memang benar..

suamiku gak rela aku terlalu sibuk.. suamiku gak mau aku terlalu capek..

 

namun nasi sudah menjadi bubur..

keputusan itu tetap aku tentang,, dan aku berusaha untuk menyakinkanya..

bahwa dengan mengelola kantin sekolah.. bisa sedikit membantu keuangan rumah tangga.


aku sadar,, sdh hampir setahun kantin sekolah aku kelola.. dan memang benar

keributan serta ketidaknyamanan itu bermula dr sana.

setelah kantin sekolah aku kelola.. sering kali terjadi keributan dan perbedaan pendapat..

suamiku jarang mau bantu aku kerja..

kami jarang ngobrol dan bercengkrama, bersenda gurau dan menghabiskan waktu berdua duaan.

aku seolah-olah bagai mesin waktu, menjelang subuh terbangun lalu masuk dapur menyiapkan masakan buat kantin, setelah itu lagsung berangkat kerja, 

pulang kerja aku langsung kepasar, dan menjelang malem kembali aku berkutat didapur,,

semuanya berlangsung hampir satu tahun.

 

 Setiap aku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, " buk, capek ya? Istirahat dulu saja”
Dengan kasar kukatakan, “Ya jelas aku capai, semua pekerjaan aku kerjakan sendiri ? "

sungguh aku menyadarinya,, klo jawabanku itu adalah cukup kasar untuknya.

Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja

padahal aku tau, ia juga capek, ia juga capek dari pagi menunggu kios tanpa ada seorang yang menmaninya dirumah.

ia capek mikir, pekerjaan apa yang harus ia kerjakan,,

ia capek dan jenuh dgn keadaan seperi ini, 

namun apalah dayamu..


 

aku tau bahwa dirimu tak cukup punya wibawa untuk menentang keputusanku,

dikarenakan kondisimu saat ini yg tidak bisa berbuat apa-apa.

dengan kondisimu yang sering sakit-sakitan membuatmu membiarkan aku dengan kesibukanku

sendiri, hingga pada akhirnya kamu pun mencari kesibukanmu sndiri.

mungkin dipikiranmu,, sampai kapan aku bisa bertahan dengan keadaan seperti ini ?

 


sungguh aku menyesal,, 

atas semua perlakuan dan sikapku selama ini.

 

Tuhan.. Maafkan hamba Tuhan, hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada. 

 dan rasanya penyesalan ini tidak bisa aku tebus dengan apapun..

 

aku yang menyebabkanmu terluka..

aku yang menyebabkanmu jadi terbebani

dan aku yang membuat rasa ketidaknyaman dalam dirimu

aku yang terlalu banyak menuntutmu suamiku

aku yang terlalu cerewet dan suka marah-marah di depanmu

aku yang jarang menghargaimu 

aku yang jarang mendengarkan nasehat-nasehatmu..

aku yang menyebabkanmu sakit

aku yang membuatmu jadi seperti ini,,

hingga kamu memilih untuk meninggalkan aku selama-lamanya.

hingga kamu memilih..untuk pulang ke emak dijawa dan

menjauh dariku..

hingga kamu memilih untuk menyerah dan berlalu dari kehidupanku.


kini kamu sdh damai disana..

tanpa hrs aku bebani lagi

tanpa hrus aku marah-marah lagi..


tapi sungguh,, itu yang membuat aku tersikasa

dimana aku tidak bisa melihat kamu tersenyum..

dimana aku tidak bisa memarah-marahimu..

dimana aku juga tidak bisa melihat kamu memarahi dika dan nisa anak kita,,


jujur aku kangen...

aku rindu sosokmu suamiku..

aku rindu bau tubuhmu..

aku rindu amarahmu..

aku rindu celoteh dan canda tawamu..

aku rindu pelukanmu

aku rindu kecupan hangatmu

aku rindu kasih sayangmu..

aku rindu masakan cumi manizmu..

aku rindu nasi pulunmu..

aku rindu saat dimana kamu membantu aku membersihkan rumah..

aku rindu dimana kamu mencuci pakaian dimalam hari..

aku rindu semua itu pak...

suamiku tersanyang..


lalu adakah yang lebih sakit dr ini ya Allah..

adakah yang lebih sakit dr perasaan seorang istri yang sangat merasa bersalah sekali...

adakah yang lebih terkoyak hatinya dari perasaan seorang istri yang ditinggal pergi selama-lamanya oleh suami yang dikasihinya..?

 

Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa, tak bisa membuat suamiku kembali lagi..

 

seandainya waktu bisa diputar ulang..

seandainya Allah memberikan kesempatan yang ke 2..

 

aku akan bangga pada suamiku  yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.

aku akan bangga pada suamiku, karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamiku mendengarnya.

aku akan selalu menyambut  kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.

aku akan menyambutnya  dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamiku.
aku akan sangat menghargai ats usaha yang pernah ia lakukan untuk aku dan anak2ku

Teruntuk suamiku.

selama hidupmu aku belum pernah memberikan kebahagiaan,

aku belum sempat memberikan sesuatu yang berharga untukmu..

siapa sangka kamu secepat ini akan meninggalakanku dan anak-anak.

siapa sangka diusiamu yang ke 45 kamu sdh dipanggil oleh Allah SWT

Maafkan aku sayang.

ampuni semua kesalahanku

hanya doa yang terbaik untukmu

smg Allah SWT ..
mengampuni semua kesalahan serta kehilafanmu..
dilapangkan serta diluaskan kuburanmu
diberikan tempat yang paling baik
serta terhindar dari siksa kubur dan siksa neraka..

 Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.
Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.
Putri dan putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.
Putri dan putra kita  ini akan menjadi sosok yang sepertimu.
Aku bangga padamu,aku sayang padamu.